Pembahasan pertama saya kali ini, tentang beberapa orang dewasa di Gerakan Pramuka yang kurang tepat dalam memahami bagaimana seharusnya media pembelajaran yang bernama “Lomba” digunakan. Mereka kerap berfikir bahwa Pramuka sebatas lomba dan lomba. Mengajarkan peserta didik untuk selalu berkompetisi secara berlebih.
Dampak negatifnya adalah peserta didik akan cenderung menganggap sekolah lain merupakan rival. Disisi lain, terkadang hal tersebut seolah akan memacu peserta didik untuk memiliki mentalitas menang dan membawa piala sebagai bentuk motivasi, padahal itu hanya ambisi kita sebagai Pembina Pramuka semata, Tapi kita malah membebankan kepada peserta didik. Fenomena ini banyak saya temukan pada beberapa gugus depan di Bekasi.
Boleh saja memacu peserta didik untuk memiliki mentalitas menang dalam berkompetisi, hanya saja terapkan cara-cara yang sehat dan sportif. Dan harus dipastikan bahwa keinginan untuk menang berasal dari peserta didik dan bukan keinginan kita sebagai Pembina. Jika keinginan menang datang dari kita sebagai Pembina, maka besar kemungkinan itu merupakan dampak dari masa lalu kita yang tidak pernah kesampaian menjadi pemenang. Lalu peserta didik hanya dijadikan pelampiasan atas masa lalu kita yang buruk. (Jangan sampai)
Lomba merupakan salah satu media pembelajaran yang bisa digunakan pada peserta didik dari sekian banyak media. Artinya, lomba hanya alat pembelajaran bukan tujuan akhir. Dengan hasil menang atau kalah dalam perlombaan maka peserta didik pasti mendapatkan sebuah pembelajaran. Jika menang, peserta didik diajarkan untuk rendah hati, tapi jika kalah peserta didik diajarkan untuk tidak rendah diri dan berbesar hati menerima kenyataan yang tidak sesuai harapan. Hasil apapun akan menuju pada pembelajaran jika Lomba dijadikan Media Pembelajaran bukan tujuan akhir.
Harapan saya, semoga kedepan para Pembina Pramuka bisa menggunakan media pembelajaran yang beranama “Lomba” ini dengan lebih tepat. (Aamiin)
Semoga Bermanfaat, Salam Pramuka!